Lihat dan Temukan sesuatu yang Baru

Kamis, 24 Februari 2011

PERISTIWA 30 SEPTEMBER 1965


Kisah yang paling memuakkan dari suatu periode yang rumit dan kurang dipahami (1965-1967) ini akan tetap berada di luar jangkauan analisis tertulis yang lengkap sekalipun. Banyak pristiwa yang tidak terdokumentasi. Sebaliknya, banyak juga dokumentasi yang beredar, tapi malah bertentangan dan diputarbalikkan, sehingga bahan penelitian.
Pembantaian terhadap sekutu-kutu Sukarno yang beralih kiri, merupakan hasil dari kebijakan konspratif yang diwarnai oleh phobia yang telah meluas-dan merupakan tragedy yang berada di luar tujuan-tujuan suatu kelompok atau koalisi tertentu.
Peter Dale Scott dalam tulisannya tentang keterlibatan CIA dalam penggulingan Soekarno, memberikan kesan bahwa dalam peristiwa tahun ’65 bahwa, provokasi dan kekerasan hanya di lakukan oleh sayap kanan kelompok militer Indonesia yang telah bekerja sama dengan AS, dan (ini yang jarang disebut) dengan intelejen Inggris dan Jepang. Namun, semua itu disebut sebagai tragedi besar yang rumit dan terselubung. Mengenai pembantaian rakyat Indonesia yang berdarah ini sesungguhnya sangat lengkap dan sederhana, lebih mudah dipahami dibandingkan dengan keterangan-keterangan dari pers dan penjelasan kalangan akdemis, yang sumber baik dari pemerentahan Soeharto maupun militer AS.
Selain itu menurut Harold Crouch, pada tahun 1965, staf umum AD Indonesia terpecah menjadi dua kubu. Kubu kelompok tengah adalah Yani beserta kawan-kawannya, yang bersikap menentang presiden Soekarno tentang persatuan Nasional, di mana PKI masuk di dalamnya. Kubu yang kedua adalah golongan yang kanan yang didalamnya termasuk para Jenderal, seperti Nasution, Soeharto dan kawan-kawannya, yang sikapnya menentang kebijakan Yani dan Sukarnois. Semua Jenderal. Semua Jenderal itu adalah anti PKI, dan menjelang tahun 1965, isu-isu seputar kesehatan Soekarno telah memecah mereka.
Peristiwa 1965, menelang korban yang begitu banyak, bahkan para Jendral pun menjadi korban dalam peristiwa ini. Suatu hal yang kemudiasn melapangkan jalan bagi upaya perebutan kekuasaan oleh kekuatan-kekuatan Anti-Yani dari sayap kanan yang bersekutu dengan Soeharto. Kunci perebutan kekuasaan ini adalah apa yang dinamakan coup tanggal 30 september 1965, yang berdalih menyelamatkan Soekarno, namun sesunguhnya justru ditujuakan pada anggota-anggota terkemuka dalam AD, yaitu kelompok Yani yang paling loyal terhadap Soekarno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar